Arsip Kategori: Mama

Bertahanlah, Mah! Bertahanlah…

Hari itu menjadi hari yang tak terlupakan bagi saya. Bagaimana Mamah merasa amat sangat kesakitan, badannya sudah begitu dingin, dan nafasnya teramat sesak.

Sejak Juli mamah dinyatakan positif Covid-19, ia bersama adik laki-laki saya diperbolehkan isolasi mandiri. Begitu dikabarkan positif, saya bergegas pulang ke rumah dari Bogor malam itu juga.

Sebenarnya saya masih tidak percaya mamah positif Covid-19, ia tampak sehat, badannya tetap bugar, wajahnya pun segar. Ketika isolasi mandiri, Ia mengikuti arahan dari Kemenkes untuk konsultasi ke dokter terkait penanganan Covid-19 karena memang mamah mempunyai komorbid, diberilah ia beberapa obat. Menunggu hingga 2 hari, dari sekian banyak obat yang disarankan, hanya 1 obat yang dikirim, yaitu Vitamin D dengan keterangan bungkus obat “OTG”.

Saya melongo melihat bungkus obat itu, pun mamah.
Akhirnya secara mandiri, saya mencari obat-obatan dan vitamin di apotik. Supply obat, vitamin, susu, rempah-rempah yang diolah menjadi minuman, buah, sayur, dan makanan apapun sudah tersedia di rumah. Alhamdulillah, ibu dinyatakan negatif setelah satu bulan berjuang melawan Covid-19.

Tetapi ternyata hal itu bukan kabar baik bagi kami, meski sudah tes SWAB Antigen dinyatakan negatif, ketika di PCR ia tetap positif dengan CT 37. Mamah diminta untuk isolasi mandiri kembali selama 7 hari sebelum melanjutkan proses radiasi yang sedang ia jalani.

Selamat Ulang Tahun, Mah.

Kondisinya makin hari makin membaik, meski ia masih batuk-batuk karena dampak dari long Covid-19. Melihat kondisinya yang dirasa membaik, ia bahkan minta diantar belanja ke agen, melihat perlombaan di depan rumah dan merayakan ulang tahunnya yang ke-51 tahun di rumah pada tanggal 16 Agustus 2021. Tetapi kemudian, pada pukul 03.00 paginya ia merasa begitu sesak. Jam 6 pagi barulah merasa lebih baik. Kondisinya makin lama mulai menurun. Ia mulai menggunakan tabung oksigen untuk membantu pernafasannya. Menggunakan oksigen ukuran 1 m3 sudah tidak mempan, ia disupport dengan tabung 6 m3 hingga oksigen yang menggunakan listrik.

Pada 18 Agustus 2021 pukul 03.00, mamah membangunkan saya yang memang tidak bisa tidur. Dia minta minum air panas, minta punggungnya dibalur minyak kayu putih, minta dikerik karena kuatir masuk angin kedaung, dia juga minta saya memanggil tetangga karena sesaknya semakin parah. Sejak pagi itu, keadaan tidak membaik. Tubuhnya dingin, wajahnya pucat, nafasnya susah, support dari oksigen sudah tidak mempan, ia sudah gelisah, matanya kosong, doa-doa terus saya panjatkan. Saya menangis, disergap rasa takut yang parah, dikepung oleh bayang-bayang paling buruk hingga akhirnya saya meminta mamah untuk dibawa ke RS. Karena tabung oksigen kecil habis, sejak pukul 06.00 pagi saya keluar mencari oksigen. Tidak ada toko yang buka sepagi itu, hampir semuanya mulai beroperasi di jam 9 pagi. What? Tetapi akhirnya saya mendapatkan pinjaman tabung oksigen ukuran 6m3 dari orang lain untuk dipakai Mamah dalam perjalanan menuju Rumah Sakit. Kami melaju menuju harapan, semoga Allah menguatkannya.

Bertahanlah, Mah. Bertahanlah…