Cintanya Abadi

Dibalik semua kesedihan dan rasa sakit ini, ada bijaknya saya berterima kasih pada Allah, detik-detik Mak berpulang menuju Kekasihnya, saya diberi kesempatan untuk berdua dengannya. Menangis di hadapannya memohon maaf karena saya yakin tak ada kebahagiaan yang pernah saya berikan padanya (saya hanya berspekulasi dan menilai secara subjektif). Pada detik-detik itu pula, saya ciumi tangannya, wajahnya, dan saya katakan bahwa saya amat sangat menyayanginya. Lalu, waktu berjalan amat sangat cepat, hingga kami mengantarnya pada gerbang akhir kehidupan, saya lihat nafasnya yang terakhir. Jam 16.15 cintaku telah berpulang.

Saya pernah membayangkan kematian menghampiri saya, Mak, bapak, adik-adik, dan bahkan orang-orang yang saya kasihi. Tapi tak pernah saya duga, perempuan yang paling apik, tidak pernah makan macam-macam, minum-minuman aneh, paling rajin olahraga adalah orang pertama yang harus menghadapNya. 

Setiap kali melihat teras, tanaman, warung, ruang tamu, ruang tengah, kamar, tumpukan baju, foto-foto yang tertata rapie, kasur dan seprai, baju kotor di bak, dapur, alat-alat kue, tas yang menumpuk, piring-piring koleksinya dari tahun 1993 bahkan jauh dari pada tahun itu, ruang atas tempat ia menggosok di depan televisi, balkon atas, jemuran, westafel, toilet dan setiap hal-hal kecil di rumah ini selalu menggambarkan bahwa itulah mama. Semua ini miliknya, dia meletakan dirinya pada benda-benda kecil dan besar, pada setiap ruang, dan tidak ada ruang untuk saya berpaling darinya.

Saya kini merasakan apa yang selama ini sering kali dia omelkan pada saya, “Kalau sudah tidak ada mama baru terasa nanti, Idat”. Ya, sangat dan amat sangat. Mama adalah jantung, nadi, dan nafasnya rumah. Tanpanya, rumah ini bukan apa-apa.

Apa yang akan saya sampaikan ini mungkin sama dengan apa yang disampaikan ribuan orang diluar sana yang juga senasib dengan saya — yang juga telah ditinggal oleh sosok mama, bahwa sebesar apapun cinta yang kita berikan untuknya, tak akan pernah bisa mengalahkan cinta yang mama berikan untuk kita. Ia bagaimanapun ia, akan menjadi sosok yang selalu hidup dalam hati anaknya, ada ikatan-keterhubungan yang mungkin tak akan pernah cukup terdefinisikan oleh sebuah Bahasa. Tetapi, teruslah berusaha mencintai mama, melakukan hal-hal baik untuknya sepanjang nafasmu, sepanjang nafasnya. Teruslah berdoa untuknya, karena hanya dengan doa kita akan selalu terhubung di dunia yang semu ini ataupun di dunia yang abadi sebab mama dimanapun ia, saya percaya bahwa cintanya untuk kami abadi.


With love,
D

Pondok Kacang Barat
02-02-2022

Tinggalkan komentar