Arsip Tag: #PerempuanHebat

Korporasi dan Politik Perampasan Tanah

Karya Laksmi A. Savitri

“Namik, nahisa, nahai anim, es anim, nahin, makan dimatab oleb. Mabateme, wanangga es hanid nanggo.”
“Saudara-saudara, mama-mama, kakak-kakak, adik-adik, bapak-bapak, jangan jual tanah untuk perusahaan. Kasihan, itu milik kalian dan anak cucu di masa mendatang.”

Jeremias Ndiken, Kepala Distrik Okaba, 21 Maret 2011

Hari ini ditengah gempuran modernisasi, dalil ‘pembangunan dan kemajuan’, kita harus selalu bertanya pada penguasa, kemana arah kemajuan yang ditawarkan itu? Maju merayakan kehidupan atau mundur membentur kemanusiaan?

Klaim telah menciptakan banyak lapangan pekerjaan–tetapi ternyata banyak juga manusia yang hilang nafkah dan identitasnya demi investasi. Klaim telah menciptakan teknologi dan kemajuan–betul hal itu terjadi di kota yang penuh dengan lampu warna-warni dan kehidupan modern, tetapi ketika kau tengok lebih dalam di bagian hulu, yang ada hanyalah kemiskinan yang berkepanjangan, penyakit yang menjangkit anak-anak sebagai akibat dari disebut oligarki ‘kemajuan’.

Sebuah review

Tak salah saya menyukai mbak Laksmi, setidaknya sejak awal saya mengenal ia ketika bekerja di lembaga yang dinaungi olehnya. Saya suka pemikirannya–saya berada di pihak yang benar. Menurut saya demikian.

#PapuaBukanTanahKosong bukanlah sekadar tagar kampanye semata, itu sebuah kenyataan yang harus dan sangat harus dipahami oleh semua manusia di Republik ini. Jika yang kalian tahu dari Papua hanyalah Raja Ampat, itu hanya sebagian kecil sekali dari potret Papua yang sesungguhnya. Papua, dengan kekayaan Sumber Daya Alam yang melimpah, keanekaragaman hayati, adat budaya, tetapi juga menyimpan persoalan pelik dan air mata yang berkepanjangan.

Di dalam buku ini, mbak Laksmi menceritakan bagaimana proyek Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) dijanjikan sebagai mimpi indah di masa depan untuk masyarakat Merauke, hingga kisah sejarah Anim-Ha (Sang Manusia Sejati) dan kenyataan pahit akibat datangnya perusahaan besar di tanah Marind yang merampas masa depan Marind Anim.

MIFEE bukan hanya merupakan salah satu bagian dari satu rancangan percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang disebut sebagai Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). MIFEE direncanakan akan menjadi salah satu motor penghasil laba pada koridor ekonomi Maluki Papua, salah satu dari enam koridor yang menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di setiap region. Indonesia ibarat restoran yang siap menjual berbagai macam makanan dan MIFEE adalah salah satu menu yang siap disajikan kepada investor asing dan domestik.

Program Food and Energy Estate didaratkan di Merauke pada 2010 dalam bentuk pengalokasian sekitar 2 juta hektare tanah Merauke untuk dikelola 46 perusahaan menjadi perkebunan skala luas, baik perkebunan padi, tebu maupun perkebuan kayu untuk kebutuhan energi terbarukan (Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah 2010). Persoalan terbesarnya adalah siapa pemilik tanah di Merauke? Kalau pertanyaan ini ditanyakan kepada orang yang hidup di Merauke, tentu jawabannya adalah orang Marind (termasuk orang Yeinan dan Kanum, orang Marind menyebut diri mereka sebagai Anim-Ha, karena hidup bersinergi dan menghormati alam). Tetapi jika ditelusuri dalam kebijakan, jawabannya adalah tanah dikuasai oleh negara.

Ketika negara merasa memiliki dan mengaku sebagai penguasa tanah, disinilah akar persoalannya. Negara menjadi semena-mena. Mengukur semua masyarakat termasuk masyarakat yang hidup berabad-abad di tengah hutan dan menghormati leluhur, semesta alam sama dengan masyarakat modern yang hidup bergantung pada kapitalisme dan pasar.

Karena negara merasa menguasai tanah–ia merasa berhak menjual tanah itu kepada perusahaan. “Jika kau menjual tanah ini, maka kau membantu negara untuk tumbuh”, prek! kenyataannya, jika tanah dijual, maka hidup sengsara sepanjang usia.

Hubungan Spiritual: Totemisme

Dalam realitas keseharian, hubungan yang terjalin antara manusia Marind dan totem-totem telah melahirkan suatu mekanisme timbal balik dengan alam yang setara. Kalaupun hubungan tersebut pada praktiknya menghaslkan sistem yang bisa disebut sebagai pelestarian lingkungan, hal ini hanyalah konsekuensi logis yang muncul dari sistem kehidupan spiritual yang lebih dalam. Perhatian penuh manusia Marind terhadap benda-benda, binatang, tumbuhan dan peristiwa alam yang menjadi totem adalah suatu pemaknaan pada hubungan yang terjalin antara mereka dan dema-dema asal yang mereka yakini, yang ujungnya adalah pertanggung jawaban eksistensial terhadap identitas diri mereka sebagai Anim-Ha (Hal. 21).

Kesadaran demikian, tentu saja tak dimiliki manusia seperti kita yang hidup sudah bergantung pada kondisi pasar hari ini. Lebih jauh jika ditelusuri mungkin, respon kita terhadap tumbuhan, binatang dan peristiwa alam seringkali diabaikan, tak heran banyak manusia-manusia yang semena-mena, merasa dirinya sebagai antroposentris, yakni memandang dirinya sebagai pusat, ekslusif dari pada makhluk lainnya.

Dari buku yang ditulis mbak Laksmi ini, kau akan menemukan kisah yang amat menggeramkan dan menyedihkan dari masyarakat Zanegi, Domande yang telah dirampas tanahnya oleh perusahaan besar Medco dan Rajawali. Misalnya saja begini,

Orang-orang Merauke memberi istilah taktik tipu-tipu atau strategi manipulais sebagai “cara-cara Abunawas”. Jika semakin canggih caranya, dijuluki sebagai “Abuti” atau “Abunawas Tinggi”. Dengan cara Abuti itulah Medco berhasil mengakuisisi 300.000 hektare tanah hanya dengan kompensasi uang Rp 300 juta rupiah yang disebut sebagai uang ketuk pintu, pemberian ganset dan pembangunan gedung gereja. Grup Rajawali juga berhasil melakukan akuisisi tanah di kampung Domande seluas 40.000 hektare dengan besaran uang tali asih 3 miliar rupiah, belum termasuk pembangunan berbagai sarana kampung senilai 4 miliar rupiah; ditambah akuisisi baru seluas 13.800 hektare di kampung Kaliki dengan uang kompensasi 3,5 miliar rupiah (Hal. 62).

Kegiatan yang disebut “sosialisasi” maupun Analisis mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) jauh dari memadai untuk menjamin keselamatan hidup masyarakat Anim-Ha. Sosialisasi dilakukan tanpa partisipasi masyarakat Anim-Ha pemilik tanah, di forum itu, janji-janji masa depan cerah disampaikan. Janji itu diantaranya memberikan pendidikan kepada anak-anak Marind; sekolah dan bekerja di kantor, bukan di alam, diberi pelatihan dari tidak tahu menjadi tahu,

Siapa yang menerima keuntungan dari alam yang dibeli paksa itu?

  1. Para tuan dusun menerima kompensasi kayu Rp. 2.000/meter kubik, tapi kenyataannya diterima Rp. 1.400/meter kubik karena dikurangi 30% dari 100% volume kayu akibat adanya celah pada tumpukan batang kayu dan kayu yang keropos;
  2. Kontraktor pengawas menerima Rp. 7.000/meter kubik;
  3. Operator tebang menerima Rp. 20.000/meter kubik;
  4. Borongan upah kupas kayu menerima Rp.25.000/meter kubik;
  5. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua, ekspor kayu serpih yang diproduksi Medco pada 2010 mencapai 135 dollar Amerika Serikat per meter kubik atau setara dengan Rp 12.737.250/meter kubik;
  6. Volume kayu yang ditebang per hektare sekitar 180 meter kubik. Luasan areal yang sudah ditebang dari 2010 hingga 2011 diperkirakan lebih dari 3.000 hektare sehingga diperkirakan volume kayu yang dihasilkan 540.000 meter kubik dalam 1 tahun. Nilai kayu ini, jika diberi harga sesuai standar harga kayu menurut Surat Keputusan Gubernur Papua N. 184 tahun 2004 tentang dana kompensasi bagi masyarakat atas kayu dan areal hak ulayat, yakni Rp 10.000/meter kubik untuk jenis non kayu merbau, maka menghasilkan Rp. 5.400.000.000 per tahun;

Manusia-manusia Amim-Ha yang dijanjikan dan diberi mimpi cerah itu, pada kenyataannya hingga 2011, 49 pemuda kampung bekerja di perusahaan sebagai Buruh Harian Lepas (BHL).

Masalah lain muncul ketika perusahaan datang adalah ‘warung remang-remang’ yang juga menjadikan seks sebagai komoditas. Penyakit menular pun menghantui masyarakat, untuk kedua kalinya ibu Bidan menemukan 3 mama terindikasi Human Immunodeficiency Virus Infection/Acquired Immunodeficiency Syndrom (HIV/AIDS).

Negara hadir memberikan jaminan kepada korporasi besar merampas tanah ulayat, merampas identitas–kehidupan beserta seluruh mimpi dan cita-cita masyarakat saat itu hingga ke generasi berikutnya, hidup yang layak, hidup yang telah dibangun sinergi dengan alam dirusak dengan cara menghadirkan alat berat, semua diatas namakan “kepentingan nasional”.

Oleh D
Tangerang Selatan, 5 Februari 2024

Kesaksian

Aku mendengar suara
Jerit makhluk terluka
Luka luka hidupnya
Orang memanah rembulan
Burung sirna sarangnya
Sirna sirna hidup redup
Alam semesta luka
Banyak orang hilang nafkahnya
Aku bernyanyi menjadi saksi
Banyak orang dirampas haknya
Aku bernyanyi menjadi saksi
Mereka dihinakan
Tanpa daya
Ya tanpa daya
Terbiasa hidup sangsi
Orang orang harus dibangunkan
Aku bernyanyi menjadi saksi
Kenyataan harus dikabarkan
Aku bernyanyi menjadi saksi
Lagu ini jeritan jiwa
Hidup bersama harus dijaga
Lagu ini harapan sukma
Hidup layak harus dibela

On page:
Di Atas Meja – Vol. 02

Itu adalah lirik lagu Kesaksian dari Kantata Takwa. Mendengar kembali Kesaksian seperti melihat Indonesia hari ini; alam semesta terluka, banyak orang dirampas haknya, banyak orang hilang nafkahnya.

Smelter nikel maupun wilayah tambang yang dibangun oleh jaringan oligarki atas nama ekonomi hijau dan transisi energi adalah ilusi yang justru merampas semua kehidupan masyarakat di sekitar tambang. Tidak hanya kerusakan lingkungan dalam skala besar, ancaman kematian bagi para pekerja tambang atau bisnis ekstraktif yang juga berdampak mematikan secara perlahan bagi masyarakat disekitarnya, kemiskinan yang panjang adalah wajah asli dari Indonesia yang dianggap sedang ‘berkembang’.

Saya rasa, jangankan political will, membangun sense of crisis saja sepertinya tidak. Alih-alih menjalankan amanat konstitusi dan nilai-nilai pancasila, oligarki yang duduk di bangku kekuasaan justru melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme secara terang-terangan. Penyelamatan aset dan kekuasaan jauh lebih penting dari pada mewujudkan kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila!

Politisi termasuk di dalamnya pejabat negara dan petugas partai dengan terang benderang melakukan pernikahan dengan korporasi. Dari pernikahan ini memberikan formidable force (kekuatan yang hebat) yang mampu memporakporandakan tatanan berbangsa dan bernegara bahkan melahirkan State Capture Corruption yang memengaruhi pembuatan kebijakan dengan melanggengkan Korupsi Kolusi dan Nepotisme. Hal itu menciptakan kelit kelindan korupsi yang tidak mudah diurai dan dipecahkan. Tentu, yang menjadi korban dari badai besar itu adalah rakyat.

Korupsi sistemik ini juga dibuktikan dengan terus melakukan pembangkangan terhadap konstitusi. Selain menjalankan UU Cipta Kerja yang sudah dianggap inkonstitusional bersyarat yang hanya memberikan mudharat kepada rakyat, di pesta demokrasi pemilu ini, oligarki juga tidak duduk diam. Melalui putusan ketua Mahkamah Konstitusi, Anwar Usman yang juga menjadi adik ipar Joko Widodo meloloskan keponakannya Gibran Rakabuming Raka untuk maju menjadi calon wakil presiden. Putusan Usman yang meloloskan Gibran telah melabrak batasan usia untuk tampil sebagai calon wakil presiden. Tentu dibelakang putusan itu, kita dengar juga cawe-cawe Presiden Joko Widodo yang juga ingin memenangkan pasangan calon Prabowo-Gibran menang di satu putaran. Segala cara dilaukan, salah satunya dugaan bansos Jokowi menjelang pemilu. Jika terbukti memang benar, sungguh memalukan!

Mengapa presiden harus turun tangan dalam proses pemilu ini?
Bukankah hilirasi kekuasaan itu sangat membahayakan, karena hanya akan memperkuat dinasti yang dibangun oleh penguasa hari ini, sejatinya makin jauh dari ‘kegentingan kepentingan rakyat’.

Oleh sebab itu, apakah kita akan membiarkan mereka yang merusak konstitusi dan berambisi menguasai kembali duduk menjadi penguasa?

Jangan salah pilih pemimpin, setidaknya ada 2 hal yang harus kita perhatikan ketika memutuskan untuk memilih yaitu:
1. Kualitas dan rekam jejak calon Presiden dan Wakil Presiden;
2. Ada siapa dibalik calon Presiden dan Wakil Presiden

Apakah kita akan membiarkan Indonesia dipimpin oleh para mafia?

Oleh D,
Tangerang Selatan, 30 Januari 2024

The Little Prince

Karya Antoine De Saint-Exupery

All grown-ups were once children… but only few of them remember it.

To Sabaineira, My Little Queen,
When She was a Little Girl.

Sabaineira dan pembaca,
Buku ini kubeli pada 14 Juni 2017, tanggal itu tertulis di lembar pertama buku. The Little Prince atau dalam bahasa Prancis Le Petit Prince ditulis dan diilustrasikan oleh Saint-Exupery yang diterbitkan dalam bahasa Prancis dan Inggris di Amerika Serikat pada tahun 1943. The Little Prince diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Irene Testot-Ferry. The Little Prince dianggap sebagai salah satu buku terhebat abad ke-20 dan telah mengalami banyak adaptasi.

The Little Prince adalah buku yang memang didedikasikan untuk orang dewasa, dikemas dengan dongeng anak-anak. Ibu suka sekali quotes di atas, menyadari ibu bahwa ingatan saat kecil adalah memori yang berharga dalam hidup. Memori yang bisa menjadi pelajaran untuk kita menghadapi dunia–mengubah cara pandang kita.

Sabaineira,
Buku ini sudah Ibu bacakan untuk kamu, akan kuulang sampai kau memahami mengapa buku ini begitu istimewa dan layak untuk dibaca.

Review

The Little Prince bercerita tentang seorang pangeran kecil, anak laki-laki yang melakukan petualangan di alam semesta. Dia menjelajahi pelbagai planet dan menemukan pelbagai kebijaksanaan.

Ada 27 Chapter, yang artinya 27 kisah berbeda yang bisa kau temui. Ia adalah seorang anak laki-laki yang terpaksa melepaskan keinginannya menjadi seorang pelukis, karena orang dewasa tak memahami makna dari gambar yang dibuat olehnya.

“The grown-ups then advised me to give up my drawings of boa constrictors, whether from the inside or the outside, and to devote myself instead to geography, history, arithmetic and grammar. Thus it was that I gave up a magnificent career as a painter at the age of six. I had been disappointed by the lack of success of my drawing No. 1 and my drawing No. 2. Grown-ups never understand anything by themselves and it is rather tedious for children to have to explain things to them time and again… I would bring myself down to his or her level and talk about bridge, golf, politics and neckties. And the grown-ups would be very pleased to have met such a sensible person”

Sabaineira dan pembaca,
Sebenarnya, The Little Prince banyak mengkritik aspek kemanusiaan. Orang dewasa khususnya hanya menyukai hal-hal politik, kekuasaan, sehingga mengabaikan hal-hal kecil yang terjadi dalam hidup. Seringkali, semua yang dilihat dan ‘dianggap’ benar oleh orang dewasa justru menyembunyikan kebenaran dan membuat mereka kehilangan pandangan akan makna hidup.

Orang dewasa menjadi kaku cara berpikirnya karena menganggap ilmu pengetahuan adalah satu-satunya kebenaran, padahal imajinasi yang setidaknya menolong kita dari kebodohan. Membaca tanpa imajinasi kita tak dapat apa-apa, tapi memasukan imajinasi menjadikan pengetahuan yang jauh itu mejadi dekat dengan kita. Albert Einstein bilang bahwa “Imajinasi lebih penting dari pada pengetahuan. Pengetahuan terbatas, dan imajinasi mengelilingi dunia.” Orang dewasa banyak membatasi dirinya sendiri, sementara jika mereka sadar, mereka bisa melihat dunia lebih luas.

Membaca dongeng The Little Prince ini seperti melihat kesederhaan bahasa prosa dan keindahan isi puisi. Padahal Antoine tidak secara eksplisit sedang berpuisi. Narasi yang dibangun memiliki makna yang lebih dalam jika sekadar dianggap dongeng semata.

Sabaineira dan pembaca,
Hari ini kita melihat banyak sekali peristiwa ajaib, narasi yang membingungkan, kepalsuan, kedekatan yang transaksional, semua itu hanya menyesakkan pikiran dan diri kita. Segalanya harus terukur dengan angka, semuanya harus sesuai dengan pikiran yang sangat terbatas. Membongkar kekakuan dengan imajinasi, kita bisa mencapai lebih dari yang kita bayangkan. The Little Prince adalah tamparan yang diwujudkan dalam sebuah cerita untuk orang dewasa, untuk ibu termasuk di dalamnya bahwa selama ini kita telah mengurung diri kita sendiri.

Oleh D,
Tangerang Selatan, 28 Januari 2024



Nyayu D Sabaineira

Dear Sabaineira,
Selamat datang di dunia yang penuh warna. Kamu akan menemukan banyak sekali warna disini; merah, kuning, hijau, biru, putih, oranye, ungu, coklat, hitam dan warna lainnya. Di saat yang bersamaan, kamu juga akan menemukan banyak rasa; bahagia, haru, sedih, kecewa dan rasa lainnya yang kelak akan kau pahami sendiri. Awalnya kamu akan kaget menemukan rasa itu, tapi jangan larut dengan kagetmu itu ya, cukuplah percaya, dunia ini fana, sayang. Yang nyata hanyalah bantuan dari Tuhanmu, sebab sesungguhnya Dia Yang Ada dari setiap peristiwa.

Dear Sabaineira,
29 Oktober 2023 kau dilahirkan dari seorang ibu yang belum mampu menggapai mimpinya, seringkali aku kecewa pada diriku sendiri, sering juga merenungi–hidupku akan seperti apa? Akankah kau tetap bangga pada ibu? Kuharap kau akan selalu mencintaiku. Jadilah seorang pembelajar dan berpetualang, Sabainera! Aku tidak akan melarangmu, jika itu untuk kebaikan dirimu. Monkey D Luffy bilang, “Jika kau masih punya mimpi, kau berhak hidup” itulah kenapa Luffy berjuang untuk menemukan One Piece, dan dia percaya pada mimpi dan kekuatannya. Kamu harus seperti itu, Sabaineira! Kuat dan bijaklah pada dirimu, pada hidupmu.

Dear Sabaineira,
Kau kami beri nama Nyayu D Sabaineira. Nyayu adalah nama yang harus disematkan untuk menghormati keturunan dari bapak kamu. D adalah nama tengahmu, dan Sabaineira berasal dari dua kata yang digabungkan yaitu Sabai dan Neira. Sabai adalah hadiah dari kawan ibu, seorang yang lahir di tanah Mentawai. Sabai artinya perempuan yang berkharisma, aura yang mempesona, lembut dan sayang pada keluarganya. Sementara Neira, kuberi nama itu dari potongan nama sebuah pulau, yaitu Banda Neira. Neira artinya bijaksana.

Jadi, sebagai harapan dan doa, Nyayu D Sabaineira adalah seseorang yang lembut dan bijaksana, seseorang yang sadar hakikat Penciptanya, dengan begitu kau akan menjadi manfaat untuk semesta alam dan isinya.

Dear Sabaineira,
Hiduplah dengan baik, hiduplah dengan bijak, hiduplah sederhana dan penuh kasih sayang.

Aku mencintaimu, selalu dan selamanya.

Ibumu,
D

Lewat Bahasa, Korupsi Tak Lagi Kejahatan Luar Biasa.

On page:
Di Atas Meja – Vol. 01

Zaman sekarang memang zamannya edan! 

Korupsi yang sebelumnya diyakini sebagai kejahatan luar biasa, saat ini—dengan permainan bahasa dan sesat berpikir, korupsi akan berubah menjadi sebuah kejahatan yang harus ‘dimaklumi’ oleh masyarakat. Setidaknya menurut saya demikian. 

Sejak matinya lembaga antirasuah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), mulai dari disahkannya revisi UU KPK hingga Tes Wawasan Kebangsaan ala Firli Bahuri yang menggugurkan orang-orang berintegritas di KPK, pemberantasan korupsi berada di titik nadir.

Harapan untuk bisa memberantas korupsi hanya berhenti di kertas pidato oligarki yang mengklaim bahwa pemerintah sudah serius dan maksimal dalam pemberantasan korupsi. Sementara banyak fakta korupsi yang menunjukkan bahwa keseriusan menjadi hal yang sangat mahal saat ini. Misalnya, segudang kasus Firli cs di KPK, kasus korupsi BTS, korupsi yang dilakukan oleh Rafael yang diangkat ke permukaan bukan oleh KPK melainkan netizen yang budiman, mantan koruptor yang diberi impunitas dan kembali mencalonkan diri sebagai anggota legislatif, hakim yang korup, dan masih banyak lagi.

Lantas, kapan dan dengan cara bagaimana yang bisa ditawarkan dan dilakukan pemerintah dalam melawan korupsi di berbagai sektor? Sementara konflik kepentingan yang bekelindan di berbagai sektor secara paralel juga semakin marak membuka potensi korupsi.

Lewat bahasa yang dipermainkan oleh penguasa, korupsi tidak lagi menjadi kejahatan yang berbahaya. Padahal, setiap kerugian negara yang disebab oleh korupsi dapat memperbaiki kualitas hidup di Republik ini dan mengurangi kesusahan kelompok termarjinal.

Lewat bahasa yang dipermainkan penguasa, korupsi menjadi kejahatan yang dimaklumi. Sama seperti cara berpikir, ‘laki-laki memang begitu’. Sesat berpikir pada akhirnya.

Lewat bahasa yang dipermaikan penguasa, korupsi tak lagi ditakuti. Siapa yang punya kuasa, siapa yang berani akan bermain di ruang gelap dengan akhir percakapan, “tenang aja, nanti juga bisa nyaleg lagi untuk balik modal”. Sebab ex-koruptor diperbolehkan nyaleg, dan calon itu tak punya malu untuk mengaku dirinya sebagai ‘Wakil Rakyat’. (Apa benar kita butuh wakil rakyat semacam itu?)

Jadi, kita sebagai warga negara sekaligus bagian dari netijen +62 harus cerdas mencerna bahasa dan narasi yang disodorkan oligarki.

Sebuah catatan yang kutulis malam hari, singkat, menyaksikan cemas sedang bermain-main dengan hati. Semoga dapat dipahami pembaca.

23 Juli 2023
Rumah Mamah

Its really big, The Big 4!

LU HARUS NONTON SIH INI FILM, NDER!

Wih, sekian lama gak bikin review film– tapi setelah nonton The Big Four, OKE! GUE BIKIN REVIEWNYA!

Sebenarnya gue agak males nonton film Indonesia, sering banget dikecewain sama alur, akting aktornya yang terlalu dibuat-buat, ending yang mudah banget ditebak dan gak bisa bikin penontonnya fokus nyimak. Awal diajak nonton sama suami sempat ragu, duh bakal kecewa lagi deh. Tapi, kali ini gue salah.

[Siapa di balik The Big Four?]

The Big 4; sebuah film aksi komedia yang disutradarai oleh Timothy Tjahjanto, yang ditulis juga olehnya dan Johanna Wattimena rilis pada 15 Desember 2022 dengan durasi 141 menit di Netflix.

Karya-karya Timothy saat dia menjadi sutradara diantaranya V/H/S/94, Sebelum Iblis Menjemput: Ayat Dua, Portals, Malam Datang Untuk Kita (The Night Comes for Us), Sebelum Iblis Menjemput (Serial 1), Headshot, Killers (as The Mo Brothers), V/H/S/2 (Segment Safe Heaven), The ABCs of Death (as The Mo Brothers) , Takut: Faces of Fear, dan Dara. Karya-karyanya mendapat rating around 6 berdasarkan Internet Movie Data Base (IMDB). Kendati demikian, Film Dara pernah menyabet penghargaan Freak Show Horror Film Festival sebagai kategori Audience Choice Award dan New York City Horror Film Festival kategori Audience Award tahun 2007. Rumah Dara juga pernah menjadi pemenang di Jakarta International Film Festival sebagai Film Indonesia Terbaik tahun 2010, serta Kaskus untuk Film Indonesia sebagai Film terbaik di tahun 2011. Killers, Headshot, Sebelum Iblis Menjemput, dan The Night Comes for US juga berhasil menyabet penghargaan. Mantap!

Di The Big Four ini, Timothy duet ide cerita bareng penulis Teman Tapi Menikah (Seri 1 dan 2), karya lain Johanna adalah Sin, The Way I Love You, dan Catatan Si Boy.

Film ini dibintangi oleh aktor yang menurut gue emang udah terkenal kerennya, yaitu Budi Ros sebagai Petrus, Abimana Aryasatya sebagai Topan, Arie Kriting sebagai Jenggo, Lutesha sebagai Alpha, Kristo Immanuel sebagai Pelor, Putri Marino sebagai Dina, Marthino Lio sebagai Antonio alias Suranto, Michelle Tahalea sebagai Alo, Donny Damara sebagai Hassan, Marsha Timothy yang akan kita temui di akhir cerita, dan yang membuat gue cukup kaget adalah adanya bi Lily sebagai cameo di The Big 4. Bi Lily adalah adik dari Emak Ken Zuraida, yang mana gue pernah punya cerita dengannya semasa hidup–untuk teman-teman Bengkel Teater Rendra mengenal Bi Lily sebagai orang yang super super baik.

[Sinopsis Film]

Menurut gue film ini berangkat dari ‘cinta’. 4 orang anak yang mencintai bapak mereka, 1 anak biologis yang juga mencintai bapaknya dan seorang bapak yang mencintai anak-anaknya. Bapak mereka bernama Petrus (yang diperankan oleh Budi Ros) dibunuh oleh murid pertamanya yang juga menjadi pembunuh bayaran.

3 tahun Dina (anak biologis mencari kebenaran atas kematian papanya, dan tahun ketiga itu pula yang membawa dia ke sebuah pulau bertemu dengan The Big Four yang dilatih oleh Petrus sejak kecil. Sebetulnya, The Big 4 ini sudah pergi jauh dari dunia pembunuh bayaran, tetapi kehadiran Dina justru membawa mereka kembali.

[Ceritanya Ngeroasting Film]

Ini film Indonesia yang punya selera tinggi, asli cakep! Alur ceritanya gak berbelit dan gak penuh basa-basi. Akting dari setiap pemainnya juga gak dibuat-buat, bahkan jokes bapack-bapack sukses bikin penonton ketawa, dialog gak dibikin mendayu-dayu, kosa kata ‘anjing, bangsat, ngentot, babi, tolol’ dan banyak lainnya keluar dengan begituuu ri—ngan~~ yak, ringan sekali. Untuk anak dibawah umur butuh dampingan orang tua, tapi entah mengapa kata-kata yang keluar itu justru membawa gue sebagai penonton terlibat dalam akting mereka, bahasanya keseharian banget. Setiap aktor mendalami perannya masing-masing, gue sendiri suka banget sama Alpha, keren dia! Kalau Topan yang diperankan oleh Abimana, gak perlu lagi dibilang keren, karena keren itu sendiri sudah menempel di dirinya, Abimana ajib banget ngemix aktingnya yang serius, tegang tapi kocak, apalagi adegan saat dia mengalahkan Antonio dengan menyebut nama aslinya Antonio. Petccaaaaaaahhh paraah itu! Koq kaya relate banget sama kondisi warga +62 yang suka mengubah nama aslinya dengan nama-nama yang ‘dibagus-bagusin’. Arie Kriting yang gue lihat di Malam Minggu Miko The Movie, Susah Sinyal, Cek Toko Sebelah, Imperfect, berbeda dengan Arie Kriting di The Big Four, he given the best of the best in himself. Waaah, gue memuji-muji Arie di film ini, kalau di film lain, ya masih lucu tapi agak kureeeng aja gitu. 

Sinematografinya, editingnya waduuuhh kerennya double, slowmotion saat Kentut Lucifer 3000 diledakkan, keren cuk! Rispek ke all crew dari The Big Four. 

Hal lain yang gue suka dari film ini adalah Gender Balance! Maskulin itu gak hanya ada pada male, tapi juga female. Sejak awal sampai akhir film ini gue lihat mencoba menempatkan posisi perempuan bukan sekadar pendukung tapi menjadi bagian penting. Misalnya, kalau gak ada Alpha mungkin Kentut Lucifer 3000 gak akan ada, juga adegan Alpha dan Dina melawan geng Antonio yang mayoritas male–dikalahkan oleh Alo yang juga seorang perempuan.

Editingnya emang smooth, efeknya juga, meski ada adegan yang keliatan stuntman nya saat Alo melawan Jenggo, dari belakang tubuhnya terlihat seperti laki-laki berotot yang suka ngegym, ya modelnya kaya Dedy Corbuzier gitu berotot, padahal Alo asistennya Antonio yang disebut Sutet oleh Alpha dan gue pikir emang mirip Sutet sih tinggi menjulang dan body goals gitu kaya model.

Meski gitu, film ini masih tetap keren, dan gue gak menyangka telah menghabiskan waktu 141 menit nonton The Big 4, karena keseluruhan dari aspek film ini berhasil menyandera penonton untuk diam di depan layar, menjadi saksi bagaimana akhir dari kisah itu. Gue yang sudah mencoba menebak endingnya, sempat kaget ternyata epilognya ditutup dengan Marsha Timothy yang memberi tanda bahwa akan ada seri lainnya. 

Harus diakui juga bahwa Netflix ini memang kalau bikin film gak kaleng-kaleng, kerennya beneran. Rispek dan salut juga untuk Netflix! Jaya Jaya Jaya!! 

Gue mungkin bukan orang yang expert banget dalam mereview film, tapi menonton The Big 4 memberi harapan bagi gue yang agak males nonton film Indonesia, bahwa gak semua film Indonesia itu ngebosenin dan terlalu dibuat-buat atau maksa supaya lucu. Perfilman Indonesia punya nilai yang tinggi dan itu layak didapatkan oleh The Big 4! Selamat The Big 4, its really big, sure things!

Bogor, 18 Desember 2022
Oleh D

Menjelang Satu Tahun Mamah Berpulang

Menjelang satu tahun mamah berpulang,
hati belum juga terasa ringan,
kesedihan masih menggantung di pelupuk mata,
rasa sakit yang undefinisi ini seperti virus yang menemukan inangnya di tubuh saya,

Menjelang satu tahun mamah berpulang,
Capture ketika mamah bernafas untuk terakhir kalinya, pakaian yang ia kenakan, kalimat syahadat yang saya bisikan di telinga kirinya, dan tatapannya yang siap menghadap dan kembali pada Sang Pencipta, menjadi gambar yang abadi dalam hidup saya. Potret yang semesta tinggalkan untuk saya. Kenang-kenangan menyakitkan yang terus terbawa hingga hari ini.

Seharusnya saya bahagia mamah sudah tak sakit lagi. Tentu saja!
Seharusnya saya ikhlas ia kembali pada Sang Pencipta. Tentu saja!
Tapi ditinggal seorang ibu adalah bagian dari kiamat. Bagi anak yang sudah kehilangan ibunya, pasti mengerti ‘rasa sedih’ yang saya maksud.

Menjelang satu tahun mamah berpulang,
saya dimimpikan olehnya dan kakanya (Uwak Nunung yang kini sudah bersama dengan mamah dipangkuan Tuhan). Di alam mimpi itu, saya sedang panik kenapa mamah belum sampai juga di rumah, ia sedang pergi ke rumah Uwak. Lalu, saya telpon uwak,

“Wak, mamah kapan pulang?” kata saya demikian.
Lalu, uwak saya menjawab, “Idat, emak sudah gak ada, sekarang Idat harus siap apa-apa sendiri.”
“Terus pulangnya kapan?” Saya seperti keras kepala terus bertanya kapan mamah saya pulang ke rumah.
“Ya sebentar lagi sampai.” Tutup uwak saya. Tak lama kemudian, mamah datang dengan pakaian serba putih, wajahnya Masya Allah cantik luar biasa, putih bersih dan bersinar, mamahpun tampak muda. Saya menggandeng tangannya, kami berjalan-jalan menyusuri ruas jalan yang entah saya tak begitu ingat dimana.

“Idat, kenapa pegangan tangan terus?” kata mamah
“Gpp, biar mamah gak pergi” kata saya demikian
“Mamah disini terus, gak kemana-mana. Idat yang kuat, jangan cengeng.” Waduh pesan jangan cengeng itu berat banget, ketika saya terbangun saya sangsi apakah saya mampu melakukannya dengan baik?

Menjelang satu tahun mamah berpulang,
Ketika terbangun dari mimpi yang berakhir dengan jalan-jalan, saya sadar bahwa mamah senantiasa ada disini–di hati saya–dalam pandangan saya–dalam senyum dan tetes air mata–dalam kesedihan dan kebahagiaan–di setiap langkah saya–dalam keputusasaan–dalam perjuangan yang melelahkan–dalam keinginan kuat untuk hidup lebih baik demi dirinya.

Menjelang satu tahun mamah berpulang,
Rasanya tidak karuan,
Saya melihat diriku dalam baris-baris sajak Pak Rendra,
Ya Pak Rendra, suaminya bu Ken Zuraida, seorang guru dan ibu yang turut mendidik dan membentuk saya,

hidup memang fana,
tetapi keadaan tak berdaya membuat diriku tidak ada
kadang-kadang aku merasa terbuang ke belantara

Sepi dan sendiri,

Alfatihah untuk mamah
Bogor, 17 Desember 2022,
With love D

Human Rights Day!

Munir,
Marsinah,
Pembantaian 1965 – 1966 pasca pemberontakan G30S/PKI 1965,
Penembakan misterius 1982-1985,
Talangsari 1989,
Trisakti, Semanggi I dan II 1998-1999,
Wamena 2003,
Kendeng 2017,
Kinipan,
O Hangana Manyawa Akejira,
Korupsi Bansos,
Korupsi E-KTP,
Reformasi Dikorupsi,
Tolak Omnibus Cilaka,
Tolak RKUHP,
Tolak UU IKN,

dan berbagai jenis kejahatan korupsi, perampasan wilayah adat atas nama investasi, pengesahan UU tanpa partisipasi publik dan dilakukan secara ugal-ugalan, menutup mata pada kasus-kasus HAM di masa lalu, serta pembungkaman terhadap masyarakat sipil adalah bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dilakukan oleh negara kepada rakyatnya.

Kejahatan pada Hak Asasi Manusia dari tahun ke tahun, dari presiden satu ke presiden lainnya terus berlangsung, bahkan tahun ini begitu banyak pelanggaran HAM yang dilakukan. Pelanggaran itu dilakukan dengan berbagai cara, kriminalisasi dan intimidasi atas perampasan wilayah adat–lagi-lagi menggunakan pendekatan keamanan dengan menurunkan puluhan polisi untuk berhadapan dengan rakyat yang hidup di wilayah itu selama bertahun-tahun. Hingga pada kado dan karpet merah yang digelar untuk koruptor, dan mafia tambang dan sawit lewat regulasi.

Di #HumanRightsDay ini, saya mau bilang bahwa melawan korupsi dalam bentuk apapun (sekecil apapun perjuangan kita melawan korupsi dan ketidakadilan yang menghantui kita) adalah upaya untuk memperjuangkan Hak Asasi kita, kamu, saya dan mereka semua yang hidup sebagai Warga Negara Indonesia. Korupsi bukan hanya berdampak pada kemunduran demokrasi, tetapi juga menjamurnya pelanggaran HAM. Kita punya hak untuk hidup layak dan damai. Negara yang bertanggung jawab atas itu.

#HumanRightsDay
10 Desember 2022
Pondok Kacang, Tangerang Selatan
Rumah Mamak
D



KORUPSI SEBAGAI KEJAHATAN LUAR BIASA, HARGA MATI!

Korupsi adalah virus. Sebagai virus wajib bagi kita membasminya, gak mungkin dong kita rela dengan ikhlas hidup berdampingan dengan virus? Saya sih enggak mau.

Virus bernama korupsi ini terus berevolusi, bahkan negara yang seharusnya menjadi pengampu bagi masyarakat justru terlihat memfasilitasi dan memberi impunitas kepada koruptor. Sejumlah produk hukum yang dihasilkan mulai dari UU Omnibus Law Cipta Kerja yang disahkan di tengah wabah Covid-19, disaat masyarakat sedang berusahan bertahan hidup, pemerintah justru mengesahkan regulasi tersebut tengah malam. Kini kita semua tahu, Omnibus Law dinyatakan inkonstitusional bersyarat oleh Mahkamah Konstitusi, terus gimana kabarnya sekarang???? Ya Ndak Tau Koq Tanya Saya.

Regulasi lain yang sama membuat susah dan memberikan impunitas bagi koruptor adalah RKUHP yang sudah disahkan. Penolakan dari masyarakat sipil sudah cukup keras baik secara langsung lewat aksi massa maupun serangan digital, tetapi ternyata gak mampu menerobos telinga-telinga pemerintah untuk membatalkan pengesahan. Rakyat kembali diuji lewat regulasi yang rentan dengan pasal karet dan mengancam kebebasan sipil. Dalam konteks korupsi, hukuman di KHUP justru memberi banyak diskon ketimbang melalui UU Tindak Pidana Korupsi. Selain itu, bagi koruptor bisa mendapatkan remisi dan bebas bersyarat bahkan kelonggaran hukuman mati (saya gak akan membahas soal hukuman mati secara spesifik) lewat “surat berkelakuan baik” yang dikeluarkan oleh petugas lapas. Maka, surat berkelakuan baik itu menjadi surat yang paling mahal, penjahat yang dinyatakan vonis berat bahkan terancam hukuman mati bisa saja membeli surat ajaib itu dengan “menyuap”, mungkin saja ya potensi itu akan ada melihat krisis kepercayaan di negara ini, wong yang dianggap sebagai Wakil Tuhan alias Hakim Agung saja bisa disuap koq.

Kacau betul regulasi ini, saya sendiri melihatnya bisa membuat masyarakat semakin muak dengan keadaan dan lelah dalam perjuangan. Meski sebetulnya yang namanya berjuang tak kenal kata lelah. Seharusnya demikian. Tapi kita masyarakat yang bisa dengan mudah dimuat miskin oleh negara lewat berbagai aturan, upah yang masih minim sementara harga bahan pokok makin naik, lapangan kerja masih sedikit, harus bisa bertahan dan tetap menjaga kewarasan kita ditengah gempuran cobaan dan ujian dari oligarki.

Korupsi sebagai kejahatan luar biasa harus ditanamkan dalam mindset kita. Korupsi adalah kejahatan luar biasa ya memang harga mati–tidak bisa ditawar lagi. Kalau ada yang menganggap sebagai kejahatan biasa–dan koq kayaknya kalau dilihat-lihat, yang terjadi saat ini lewat pembungkaman, regulasi yang dibuat secara ugal-ugalan dan banyak impunitas yang diberikan oleh oligarki untuk koruptor justru mengarah pada potensi mengubah mindset masyarakat bahwa korupsi adalah kejahatan biasa. Waddduhh bahaya itu gais!!

Korupsi, meski kalian pikir tidak berdampak secara langsung dalam hidup kalian, itu salah! Korupsi bisa bikin kamu miskin! Korupsi yang dilakukan oleh jaringan oligarki ini, perlahan menggerogoti hidup kalian-kedamaian-kebahagiaan-dan hak kalian sebagai masyarakat atau warga negara yang berhak mendapatkan hidup yang layak dan nyaman.

Jadi, teruslah bersuara
Teruslah bergerak
Saling menguatkan
Saling mengingatkan
Bahwa Korupsi adalah Kejahatan Luar Biasa, yang harus dibasmi dengan cara yang Luar Biasa oleh orang yang juga Luar Biasa.
Korupsi sebagai kejahatan luar biasa, ya harga mati!

#TangguhLawanKorupsi

9 Desember 2022,
Pondok Kacang, Tangerang Selatan
Rumah Mamak

Confession

Mak,
Bagiku tempat terbaik berlindung adalah rahimmu,
bagiku tempat terbaik tertawa adalah di hadapanmu,
bagiku tempat terindah untuk hidup adalah berada di sisimu

Mak,
hadirlah dalam hatiku, selamanya,
hadirlah dalam siang dan malamku yang fana,
hadirlah di tiap langkahku yang kadang tak tau arah,
barangkali hanya dengan begitu kubisa lihat waktu berjalan dengan sempurna

Mak,
dunia adalah tempat perjudian,
modalnya hanya kepercayaan,
tapi aku kerap kali kalah
sebab ku penjudi yang payah
Tanpamu, aku gagap menyusun rencana,
manusia tanpa rencana yang telanjang tanpa kata,
sepi ditemani doa-doa

Untuk emak,
Aku Cinta Padamu

Ditulis dalam gerbong kereta, kucari kamu Mak,
tapi aku hanya melihat kesedihan

With love D,
4 April 2022